Gigi tiruan memiliki berbagai macam jenis, mulai dari yang dapat dilepas dan yang tertanam dalam rongga mulut. Agar gigi tiruan tetap berfungsi optimal dan memberikan kenyamanan dalam jangka panjang, perawatan yang tepat sangat diperlukan. Berikut adalah panduan mengenai cara merawat gigi tiruan, termasuk jawaban dari berbagai pertanyaan yang sering muncul. Seperti apakah gigi tiruan dapat dilepas, apa bahan pembersih yang sesuai, cara menghilangkan bau, dan tips perawatan lainnya.
Apakah Gigi Palsu Permanen Bisa Dilepas?
Gigi tiruan seperti implan gigi atau gigi tiruan jembatan (bridge), tidak dapat dilepas oleh pengguna sendiri. Jenis gigi tiruan ini dipasang secara permanen oleh dokter gigi dan hanya dapat dilepas oleh profesional medis jika diperlukan. Oleh karena itu, perawatan dan kebersihan gigi palsu permanen sangat penting untuk memastikan fungsinya tetap optimal dan mencegah masalah kesehatan mulut. Sedangkan gigi palsu lepasan seperti yang dibuat dari bahan akrilik, kerangka logam, thermosans, ataupun valplast dapat dilepas oleh penggunanya sendiri dan harus dirawat dengan baik agar dapat bertahan lama.

Pembersih untuk Gigi Palsu
Penggunaan bahan untuk mencuci gigi tiruan yang tepat sangat penting dalam merawat gigi tiruan permanen. Pasta gigi biasa mengandung bahan abrasif yang dapat merusak permukaan gigi tiruan dan menyebabkan goresan. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan bahan pembersih khusus untuk gigi tiruan yang lebih lembut dan aman. Selain itu, hindari penggunaan pasta gigi pemutih karena dapat membuat gigi tiruan menjadi rapuh dan kehilangan kilapnya.
American Dental Association (ADA) merekomendasikan penggunaan pembersih gigi tiruan yang efektif namun tidak abrasif, serta menghindari penggunaan pemutih atau pembersih yang mengandung pemutih karena dapat merusak gigi tiruan.

Cara Merawat Gigi Palsu Agar Tidak Bau
Salah satu masalah yang sering dialami pengguna gigi tiruan adalah bau yang muncul dari gigi tiruan akibat perawatan yang kurang tepat. Bau pada gigi tiruan permanen dapat disebabkan oleh penumpukan plak, sisa makanan, atau pertumbuhan bakteri. Untuk menghilangkan bau tersebut Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:
Bersihkan Gigi Palsu Secara Rutin
Sikat gigi tiruan dengan sikat berbulu lembut dan bahan pembersih khusus gigi tiruan minimal dua kali sehari untuk menghilangkan sisa makanan dan plak yang dapat menyebabkan bau.
Rendam Gigi Palsu
Setelah dibersihkan, rendam gigi tiruan dalam larutan pembersih khusus gigi tiruan atau air biasa (bukan panas) untuk menjaga kelembapannya dan mencegah pertumbuhan bakteri.
Bersihkan Mulut Secara Menyeluruh
Selain merawat gigi palsu, pastikan untuk membersihkan gusi, lidah, dan langit-langit mulut secara rutin untuk menghilangkan bakteri penyebab bau mulut. kamu juga dapat menggunakan sikat lidah secara rutin dan sikat gigi yang memiliki bulu halus.
Hindari Makanan Penyebab Bau
Batasi konsumsi makanan yang dapat menyebabkan bau mulut, seperti bawang putih, bawang merah, dan makanan berbau tajam lainnya.
Hindari Makanan Keras dan Lengket
Makanan keras seperti kacang-kacangan atau permen keras dapat merusak gigi tiruan permanen. Begitu pula dengan makanan lengket yang dapat menempel dan sulit dibersihkan.
Pemeriksaan Rutin ke Dokter Gigi
Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi untuk memastikan kondisi gigi tiruan dan kesehatan mulut Anda secara keseluruhan. Jika ada tanda gigi tiruan tidak pas dan longgar maka gigi tiruan harus segera diperbaiki oleh dokter gigi yang merawat.
Nah sekarang teman-teman sudah tahu kan pentingnya perawatan untuk menjaga kebersihan gigi tiruan?
Pembuatan gigi tiruan wajib dikonsultasikan dahulu dengan dokter gigi agar struktur yang bersisa di rongga mulut tetap terjaga baik dan tidak rusak. Kamu dapat berdiskusi langsung dengan tim dokter gigi termasuk spesialis gigi tiruan atau spesialis prostodonti Medikids dan MHDC Clinic by MHDC untuk mendapatkan informasi terlengkap sesuai dengan kebutuhan menggantikan gigi yang hilang dengan gigi tiruan. Yuk reservasi sekarang!
ditulis oleh: drg. Haura Syafin
ditinjau oleh: drg. Rizky Aditiya Irwandi, M.Sc