Gigi berlubang merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak. Kondisi ini disebut juga Early Childhood Caries atau ECC. Menurut American Academic of Pediatric Dentistry (AAPD), ECC adalah kondisi dimana adanya satu atau lebih gigi yang berlubang, hilang akibat karies gigi, dan/atau adanya tambalan pada permukaan gigi susu anak usia 0-71 bulan. Lalu bagaimana dengan Anak yang masih full ASI, apakah beresiko gigi berlubang juga? Simak cara merawat gigi anak full ASI di artikel ini.
Penyebab Gigi Berlubang Pada Anak
Karies merupakan penyakit multifaktorial, yang disebabkan 4 faktor utama, yaitu host (gigi dan air liur), agent/microorganisms (bakteri), substrate (karbohidrat penyebab karies), dan waktu. Interaksi keempat faktor ini akan menyebabkan proses pembentukan gigi berlubang.
Menurut berbagai penelitian, ASI (Air Susu Ibu) memiliki kandungan nutrisi, kapasitas buffer, dan mekanisme pertahanan terhadap berbagai mikroorganisme. ASI mengandung salah satunya antibodi IgA yang berguna untuk mengganggu aktivitas bakteri penyebab karies, sehingga secara tidak langsung dapat membantu mencegah pembentukan karies. Penelitian juga menunjukkan bahwa kadar IgA pada anak yang diberi ASI lebih tinggi dari anak yang diberi susu formula.
Substrat esensial bagi bakteri penyebab karies adalah karbohidrat dan gula (laktosa, sukrosa, glukosa). Laktosa adalah kandungan karbohidrat utama yang terkandung dalam ASI. Laktosa sangat berguna untuk perkembangan bayi. Namun, laktosa juga dapat difermentasi oleh bakteri di dalam mulut sehingga menyebabkan kerusakan pada gigi. Oleh karena itu, kebersihan mulut anak harus senantiasa dijaga sejak dini.
Cara Merawat Gigi Anak Full ASI Agar Tidak Berlubang
Biasakan membersihkan gigi dan mulut anak, terutama sebelum tidur
Orang tua seringkali kesulitan untuk membersihkan gigi dan mulut anak karena anak memberontak dan menangis. Namun, orang tua perlu tetap membersihkan gigi dan mulut anak untuk mencegah kerusakan gigi dan membiasakan anak sejak dini untuk dibersihkan gigi dan mulutnya meskipun belum tumbuh gigi. Pembersihan gigi dan mulut dilakukan setiap pagi dan sebelum tidur. Pada anak yang belum kooperatif, orang tua dapat membersihkan mulut anak dengan membalut jari dengan kassa steril lembab dan diusap ke seluruh permukaan gigi, gusi, lidah, dan pipi bagian dalam. Namun, pembersihan gigi dan mulut anak menggunakan sikat gigi adalah cara yang paling efektif dalam membersihkan gigi dan mulut anak. Gunakan sikat gigi berbulu halus yang sesuai ukuran mulut dan usia anak, serta rutin diganti setiap 3 bulan sekali. Seiring bertambahnya usia anak, hindari kebiasaan minum susu sebagai pengantar tidur, untuk mencegah akumulasi susu di dalam mulut saat tidur.
Menggunakan pasta gigi berfluoride sesuai dosis yang dianjurkan
Pada anak usia 0-24 bulan atau pada anak yang belum bisa berkumur, dianjurkan menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride sebanyak sebiji beras. ADA (American Dental Association) merekomendasikan anak usia 2-6 tahun menggunakan pasta gigi berfluoride sebesar satu biji kacang polong.
Melakukan pengawasan pola makan secara cermat
Tidak jarang ditemukan kebiasaan orang tua yang menambahkan gula ke dalam ASI agar ASI lebih manis dan anak lebih menyukainya. Kebiasaan ini tentunya tidak tepat, karena penambahan gula ke dalam ASI akan semakin meningkatkan kadar gula di dalam mulut yang akan difermentasi oleh bakteri dan meningkatkan risiko terjadinya karies.
Penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan mekanisme dari konsumsi ASI langsung dan dalam botol. Pada saat menyusu pada ibu, puting payudara akan terletak jauh di rongga mulut bagian belakang, sehingga air susu akan langsung masuk ke tenggorokan, sedangkan susu botol akan terjadi akumulasi air susu di sekitar gigi. Selain itu, pemakaian botol akan menyebabkan penurunan aliran air liur sehingga meningkatkan risiko terjadinya karies.
Kontrol rutin ke dokter gigi sejak dini
AAPD (American Academy of Pediatric Dentistry) merekomendasikan anak harus mengunjungi dokter gigi saat 6 bulan setelah gigi pertama tumbuh dan tidak lebih dari usia 12 bulan. Pemeriksaan sejak dini oleh dokter gigi berguna untuk segera mendeteksi kemungkinan adanya kelainan pada gigi dan mulut, penanganan dini penyakit gigi dan mulut (termasuk gigi karies), serta untuk edukasi dan evaluasi cara membersihkan gigi dan mulut anak.
Sumber:
- Laksmiastuti, S. R., Budiardjo, S.B., Sutadi, H. Breastfeeding and Dental Caries Risk in Children: A Systematic Review for Pediatric Dentist. 2017. Paper presented at Pertemuan Ilmiah Nasional Ilmu Kedokteran Gigi Anak ke-10, Jakarta, Indonesia.
- Baker SD, Lee JY, Wright R. The Importance of the Age One Dental Visit. Chicago, IL: Pediatric Oral Health Research and Policy Center, American Academy of Pediatric Dentistry. 2019.
- Yip, K., Smales, R. Oral Diagnosis and Treatment Planning: Part 2. Dental Caries and Assessment of Risk. Br Dent J 213, 59-66. 2012.
- Setiawati, F. Peran Pola Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam Pencegahan Early Childhood Caries (ECC) di DKI Jakarta. Disertasi. Jakarta: Program Doktor Ilmu Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2012.