fbpx

Follow Us :

Overview

Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang menyebabkan penderitanya menafsirkan realitas secara tidak normal. Skizofrenia dapat mengakibatkan beberapa kombinasi halusinasi, delusi, serta pemikiran dan perilaku yang sangat tidak teratur yang mengganggu fungsi sehari-hari.

Orang dengan skizofrenia membutuhkan perawatan seumur hidup. Perawatan dini dapat membantu mengendalikan gejala sebelum komplikasi serius berkembang.

Penyebab dan Gejala

Penyebab

Sampai saat ini masih belum diketahui apa yang menyebabkan skizofrenia. Namun, para peneliti percaya bahwa kombinasi genetika, kondisi zat kimia pada otak, dan lingkungan berkontribusi pada perkembangan gangguan tersebut.

Masalah dengan kondisi zat kimia pada otak tertentu yang terjadi secara alami, termasuk neurotransmiter yang disebut dopamin dan glutamat, dapat menyebabkan skizofrenia. Studi neuroimaging menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat antara orang normal dengan pengidap skizofrenia. Walaupun para peneliti tidak yakin tentang pentingnya perubahan ini, hal ini menunjukkan bahwa skizofrenia adalah penyakit pada otak.

Gejala

Skizofrenia mengakibatkan berbagai masalah pada pikiran (kognisi), perilaku, dan emosi. Tanda dan gejala dapat bervariasi, tetapi biasanya termasuk delusi, halusinasi, atau bicara yang tidak teratur. Gejala mungkin termasuk:

  • Delusi. Delusi adalah keyakinan palsu yang tidak didasarkan pada kenyataan. Contohnya adalah, Anda berpikir bahwa Anda sedang disakiti atau dilecehkan, gerakan atau komentar tertentu ditujukan kepada Anda, Anda memiliki kemampuan atau ketenaran yang luar biasa, orang lain jatuh cinta dengan Anda, atau bencana besar akan segera terjadi. Delusi terjadi pada kebanyakan orang dengan skizofrenia.
  • Halusinasi. Halusinasi biasanya berupa melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada. Namun untuk orang dengan skizofrenia, halusinasi dapat mempengaruhi realitas dengan sangat nyata. Halusinasi dapat terjadi pada salah satu indra, tetapi mendengar suara adalah halusinasi yang paling umum.
  • Pikiran tidak teratur. Pemikiran yang tidak terorganisir disimpulkan dari ucapan yang tidak terorganisir. Komunikasi yang efektif dapat terganggu, dan jawaban atas pertanyaan mungkin sebagian atau seluruhnya tidak berhubungan. Selain itu, jika Anda berpidato, teks pidatonya juga tidak dapat dipahami khalayak umum.
  • Perilaku motorik yang sangat tidak teratur atau abnormal. Ini mungkin terlihat dalam beberapa cara, dari kekonyolan seperti anak kecil hingga agitasi yang tidak terduga. Perilaku tidak terfokus pada tujuan, sehingga sulit untuk melakukan tugas. Perilaku dapat mencakup penolakan terhadap instruksi, postur yang tidak pantas atau aneh, kurangnya respons, atau gerakan yang tidak berguna dan berlebihan.
  • Gejala negatif. Ini mengacu pada berkurangnya atau kurangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal. Misalnya, orang tersebut mungkin mengabaikan kebersihan pribadi atau tampak kurang beretika dan kurang ekspresi (tidak melakukan kontak mata, tidak mengubah ekspresi wajah atau berbicara dengan nada monoton). Lebih lanjut, penderita penyakit ini juga kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, menarik diri secara sosial atau tidak memiliki kemampuan untuk mengalami kesenangan.

Gejala dapat bervariasi dalam jenis dan tingkat keparahan dari waktu ke waktu. Beberapa gejala mungkin selalu ada.

Pada pria, gejala skizofrenia biasanya dimulai pada awal hingga pertengahan 20-an. Pada wanita, gejala biasanya dimulai pada akhir usia 20-an. Sangat jarang anak-anak didiagnosis mengidap skizofrenia. Penyakit ini juga jarang terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 45 tahun.

Gejala pada remaja

Gejala skizofrenia pada remaja mirip dengan orang dewasa, tetapi kondisinya mungkin lebih sulit dikenali. Ini mungkin sebagian karena beberapa gejala awal skizofrenia pada remaja umum terjadi pada perkembangan khas selama masa remaja, seperti:

  • Penarikan dari teman dan keluarga
  • Prestasi di sekolah menurun
  • Sulit tidur
  • Iritabilitas atau suasana hati yang tertekan
  • Kurang motivasi
  • Penggunaan NAPZA, seperti ganja, metamfetamin atau LSD.

Dibandingkan dengan gejala skizofrenia pada orang dewasa, remaja mungkin:

  • Kecil kemungkinannya mengalami delusi
  • Lebih mungkin mengalami halusinasi visual

Kapan harus ke dokter?

Orang dengan skizofrenia sering kurang menyadari bahwa kesulitan mereka berasal dari gangguan mental yang memerlukan perhatian medis. Oleh karena itu, mereka akan lebih sering berkonsultasi dengan keluarga atau teman untuk mendapatkan bantuan.

Perawatan

Skizofrenia membutuhkan pengobatan seumur hidup, bahkan ketika gejala telah mereda. Perawatan dengan obat-obatan dan terapi psikososial dapat membantu mengelola kondisi tersebut. Dalam beberapa kasus, rawat inap mungkin diperlukan.

Seorang psikiater yang berpengalaman dalam mengobati skizofrenia biasanya yang memandu pengobatan. Tim perawatan juga dapat mencakup psikolog, pekerja sosial, dan perawat psikiatri. Pendekatan tim penuh mungkin tersedia di klinik dengan keahlian dalam pengobatan skizofrenia.

Obat-obatan

Obat-obatan adalah dasar untuk pengobatan skizofrenia, dan obat antipsikotik adalah obat yang paling sering diresepkan. Obat tersebut berfungsi untuk mengendalikan gejala dengan mempengaruhi neurotransmitter dopamin otak.

Tujuan pengobatan dengan obat antipsikotik adalah untuk secara efektif mengelola tanda dan gejala pada dosis serendah mungkin. Psikiater dapat mencoba obat yang berbeda, dosis yang berbeda atau kombinasi dari waktu ke waktu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Obat lain juga dapat membantu, seperti antidepresan atau obat anti-kecemasan. Diperlukan beberapa minggu untuk melihat perbaikan gejala.

Karena obat untuk skizofrenia dapat menyebabkan efek samping yang serius, penderita skizofrenia mungkin enggan untuk meminumnya. Kesediaan untuk bekerja sama dengan pengobatan dapat mempengaruhi pilihan obat. Misalnya, seseorang yang resisten terhadap pengobatan secara konsisten mungkin perlu diberikan suntikan daripada mengonsumsi obat-obatan.

Tanyakan kepada dokter tentang manfaat dan efek samping dari obat apa pun yang diresepkan.

Antipsikotik generasi kedua

Obat generasi kedua yang lebih baru ini umumnya lebih disukai karena menimbulkan risiko efek samping yang lebih rendah daripada antipsikotik generasi pertama. Antipsikotik generasi kedua meliputi:

  • Aripiprazole (Abilify)
  • Asenapin (Saphris)
  • Brexpiprazole (Rexulti)
  • Kariprazin (Vraylar)
  • Klozapin (Clozaril, Versacloz)
  • Iloperidone (Fanapt)
  • Lurasidon (Latuda)
  • Olanzapin (Zyprexa)
  • Paliperidon (Invega)
  • Quetiapine (Seroquel)
  • Risperidon (Risperdal)
  • Ziprasidon (Geodon)

Antipsikotik generasi pertama

Antipsikotik generasi pertama ini memiliki efek samping neurologis yang sering muncul dan berpotensi signifikan, termasuk kemungkinan mengembangkan gangguan gerakan (tardive dyskinesia) yang mungkin tidak reversibel. Antipsikotik generasi pertama meliputi:

  • Klorpromazin
  • Flufenazin
  • Haloperidol
  • Perfenazin

Antipsikotik ini seringkali lebih murah daripada antipsikotik generasi kedua, terutama versi generik, yang dapat menjadi pertimbangan penting ketika pengobatan jangka panjang diperlukan.

Antipsikotik suntik kerja lama

Beberapa antipsikotik dapat diberikan sebagai injeksi intramuskular atau subkutan. Mereka biasanya diberikan setiap dua hingga empat minggu, tergantung pada obatnya. Tanyakan kepada dokter tentang informasi lebih lanjut tentang obat suntik. Ini mungkin dapat menjadi pilihan jika seseorang memiliki preferensi untuk lebih sedikit pil.

Obat-obatan umum yang tersedia sebagai suntikan meliputi:

  • Aripiprazole (Abilify Maintena, Aristada)
  • Flufenazin dekanoat
  • Haloperidol dekanoat
  • Paliperidone (Invega Sustenna, Invega Trinza)
  • Risperidon (Risperdal Consta, Perseris)

Intervensi psikososial

Setelah psikosis mereda, selain melanjutkan pengobatan, intervensi psikologis dan sosial (psikososial) penting. Terapi ini termasuk:

  • Terapi individu. Psikoterapi dapat membantu menormalkan pola pikir, belajar mengatasi stres, dan mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini kekambuhan dapat membantu penderita skizofrenia mengelola penyakit mereka.
  • Pelatihan keterampilan sosial. Terapi ini berfokus pada peningkatan komunikasi dan interaksi sosial serta peningkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
  • Terapi keluarga. Ini memberikan dukungan dan pendidikan kepada keluarga yang berurusan dengan skizofrenia.
  • Rehabilitasi kejuruan dan pekerjaan yang didukung. Ini berfokus pada membantu orang dengan skizofrenia untuk mempersiapkan, menemukan, dan mempertahankan pekerjaan.

Kebanyakan individu dengan skizofrenia memerlukan beberapa bentuk dukungan hidup sehari-hari. Banyak komunitas memiliki program untuk membantu orang dengan skizofrenia dengan pekerjaan, perumahan, kelompok swadaya dan situasi krisis. Dengan pengobatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat mengelola penyakitnya.

Komplikasi

Jika tidak diobati, skizofrenia dapat mengakibatkan masalah parah yang mempengaruhi setiap bidang kehidupan. Komplikasi yang dapat menyebabkan atau terkait dengan skizofrenia meliputi:

  • Bunuh diri, upaya bunuh diri, dan pikiran untuk bunuh diri
  • Gangguan kecemasan dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
  • Depresi
  • Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain, termasuk nikotin
  • Ketidakmampuan untuk bekerja atau bersekolah
  • Masalah keuangan dan tunawisma
  • Isolasi sosial
  • Masalah kesehatan dan medis
  • Perilaku agresif, meskipun jarang terjadi

Rawat Inap

Selama periode krisis atau saat gejala parah, rawat inap mungkin diperlukan untuk memastikan keamanan, nutrisi yang tepat, tidur yang cukup, dan kebersihan dasar.

Electroconvulsive therapy

Untuk orang dewasa dengan skizofrenia yang tidak menanggapi terapi obat, Electroconvulsive therapy (ECT) dapat dipertimbangkan. ECT mungkin bermanfaat bagi seseorang yang juga mengalami depresi.

Pencegahan

Masih belum ditemukan cara pasti untuk mencegah skizofrenia. Namun, dokter tetap berpegang pada rencana perawatan yang dapat membantu mencegah kekambuhan atau memburuknya gejala. Selain itu, para peneliti berharap bahwa belajar lebih banyak tentang faktor risiko skizofrenia dapat mengarah pada diagnosis dan pengobatan lebih awal.

Instagram MHDC GROUP