Cara mengatasi bruxism
Bruxism merupakan aktivitas otot rahang berulang yang dikarakteristikan dengan clenching dan grinding. Clenching adalah mengatupkan gigi-geligi rahang atas dan bawah dengan tenaga besar secara statis. Sedangkan grinding merupakan gerakan menggesekan/menggeretakkan gigi-geligi antara rahang atas dan bawah dengan kuat dan dinamis.
Jenis Bruxism
Berdasarkan waktu terjadinya, bruxism dapat dibedakan menjadi saat tidur (sleep bruxism/ SB), dan saat sadar (awake bruxism /AB). Sesuai dengan namanya SB merupakan aktivitas otot pengunyahan saat tidur, baik ritmik maupun tidak, sedangkan AB merupakan aktivitas otot pengunyahan saat sadar yang dilakukan dengan kontak antara gigi rahang atas dan bawah dalam waktu lama atau berulang. Biasanya penderita SB hanya terdiri dari clenching dan/atau grinding dan sering dikaitkan dengan tahap tidur tertentu. Di sisi lain, AB dapat terdiri dari clenching dan grinding bersama kebiasaan buruk lainnya seperti menggigit pipi, mengisap jari, menggigit benda seperti pensil, atau menggigit kuku.
Bruxism dapat terjadi baik pada anak maupun dewasa. Umumnya anak mulai menggertakkan gigi pada usia 4-8 tahun. Dan seiring periode gigi berganti, kejadian bruxism meningkat pada usia 10-14 tahun sebelum akhirnya menghilang. Pada anak, meskipun kebiasaan umumnya hilang dengan sendirinya, ketika sudah terjadi kerusakan gigi akibat kebiasaan tersebut, perawatan tetap perlu dilakukan untuk mengatasi dampak negatifnya.
Penyebab Bruxism
Sampai saat ini belum diketahui. Namun terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat memicu terjadinya bruxism, diantaranya:
- Faktor psikososial: Tekanan emosional (stress) dianggap menjadi faktor pencetus utama terjadinya bruxism.
- Faktor genetik: faktor ini menjadi faktor pemicu khususnya pada bruxism saat tidur (SB)
- Hambatan oklusal: adanya gangguan pada arah gigitan yang normal akibat bentuk atau posisi satu atau beberapa gigi menyebabkan posisi gigitan sulit mencapai posisi ideal.
- Konsumsi obat tertentu atau penyalahgunaan obat: beberapa obat seperti antidepresan maupun kardioaktif seperti dopamin diketahui dapat menimbulkan bruxism. Begitu juga dengan penyalahgunaan zat kimia seperti amphetamine, kokain, ekstasi dan alkohol
- Nutrisi/Rokok: orang yang merokok diketahui lebih banyak mengalami bruxism, begitupun dengan anak-anak yang terekspos rokok memiliki risiko mengalami bruxism lebih tinggi. Selain itu konsumsi kafein, teh, cokelat, minuman bersoda dan merokok juga diketahui dapat menstimulasi sistem saraf pusat dan meningkatkan stress serta kecemasan yang pada akhirnya dapat menyebabkan bruxism.
- Faktor lainnya: bruxism dapat berhubungan dengan penyakit/kondisi seperti Parkinson, sindroma Down, trauma, dan kekurangan nutrisi.
Gejala Bruxism
Bruxism seringkali tidak disadari, khususnya pada orang-orang yang tidur sendiri. Bagi orang yang tidur bersama orang lain, bunyi yang terdengar saat gigi digeretakkan dapat mengganggu sehingga kebiasaan tersebut lebih cepat diketahui. Selain itu, nyeri pada sendi rahang, otot pengunyahan, dan leher, serta rasa pusing pada area pelipis juga mungkin dirasakan saat bangun pagi khususnya di area pelipis. Hal ini terjadi karena selama bruxism otot-otot disekitar gigi dan mulut berkontraksi terus-menerus sehingga mengurangi oksigenasi dalam jaringan otot dan menurunkan aliran darah.
Baca juga: Gigi sakit saat mengunyah? Ini dia artinya
Dampak buruk dari bruxism
Gesekan antar gigi secara terus menerus akibat bruxism akan menimbulkan abrasi pada permukaan gigi. Terbukanya lapisan gigi akibat abrasi ini akan membuat gigi menjadi sensitif. Abrasi juga akan terus berlanjut selama kebiasaan bruxism masih ada, lapisan gigi akan semakin terkikis hingga dapat mencapai bagian pulpa (area saraf dan pembuluh darah gigi) sehingga menimbulkan nyeri dan mudah terjadi infeksi.
Beban berlebih yang ditimbulkan bruxism juga merusak jaringan tulang pendukung gigi sehingga dapat terasa nyeri di sekitar gigi hingga kegoyangan gigi. Selain itu gusi juga akan turun seiring menurunnya tulang penyangga gigi yang rusak akibat bruxism.
Nyeri dan radang pada otot pengunyahan dan sendi rahang juga dapat menyebabkan keterbatasan bukaan mulut. Disamping itu, benturan keras secara terus menerus juga dapat merusak tambalan gigi yang ada maupun permukaan gigi asli.
Mencegah Bruxism
Sampai saat ini belum ada perawatan yang dapat dengan pasti menghentikan kebiasaan bruxism baik pada anak maupun dewasa. Namun, faktor- faktor pencetus seperti kecemasan, stress, maloklusi, dan konsumsi obat-obatan tertentu dapat diatasi terlebih dahulu untuk mengurangi intensitas bruxism. Menghindari stimulan, membatasi aktivitas fisik dan mental sebelum tidur, akan menciptakan lingkungan tidur yang lebih nyaman sehingga dapat membantu mengurangi aktivitas bruxism.
Cara mengatasi bruxism
Perawatan psikoterapi seperti cognitive-behavioral therapy (CBT), teknik relaksasi, hipnoterapi hingga perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaan bruxism. Sedangkan untuk mengatasi dampak buruk dari bruxism terhadap gigi dan rahang; dokter gigi dapat melakukan rehabilitasi oklusal (area gigit) untuk menciptakan hubungan gigitan yang baik dan mengurangi aktivitas otot. Myobrace, Occlusal splint dan night guard merupakan metode yang paling sering diberikan guna mengurangi dampak buruk akibat gesekan antar gigi saat bruxism, khususnya abrasi dan kerusakan jaringan penyangga gigi. Apabila ada posisi gigi yang menjadi hambatan gigitan yang ideal (maloklusi), dokter gigi dapat mempertimbangkan kebutuhan penggunaan alat ortodonti (merapikan gigi) untuk mengatasinya.
Pada kasus yang parah, dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk mengurangi aktivitas otot yang berlebih. Namun, pemberian obat ini akan dilakukan dengan hati-hati mempertimbangkan efek jangka panjang penggunaan obat. Oleh karena itu pemiilihan jenis perawatan perlu dilakukan dengan pertimbangan seksama dari dokter gigi berdasarkan kondisi yang dialami pasien. Jadi pastikan kamu melakukannya di dokter gigi yang berpengalaman, seperti di klinik Medikids dan MHDC. Kamu bisa mendapatkan perawatan gigi terbaik sesuai dengan kebutuhan kamu.
Ditulis oleh: drg. Keren
Referensi :
- Shah, Janiy, et al. 2023. Bruxism : Information for Dental Practitioners. Australian Research Centre for Population Oral Health. The University of Adelaide
- Inci, Abakli, et al. 2023. The childhood bruxism: Literature review. Curr Res Dent Sci; 33(4): 256-260
- Minakuchi, Hajime Minakuchi, et al. 2022. Managements of sleep bruxism in adult: A systematic review. The Japanese Association for Dental Science : Elsevier. http://doi.org/10.1016/j.jdsr.2022.02.004
- Reddy, S Varalakshmi Reddy, et al. 2014. Bruxism: A Literature Review. Journal of International Oral Health