Gizi buruk menjadi masalah kesehatan yang masih sering ditemui pada anak. Kondisi tersebut dapat terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sehingga jika terjadi dalam jangka panjang, masalah gizi buruk tersebut dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan seperti penurunan sistem imun tubuh, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan perkembangan otak, serta tingginya risiko kematian pada anak.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, simak sederet informasi penting berikut mengenai perbedaan gizi buruk dan stunting, ciri anak kurang gizi, penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi, serta penanganan gizi buruk dan pencegahan gizi buruk oleh parents.
Perbedaan Gizi Buruk dan Stunting
Karena gizi buruk merupakan kondisi kekurangan gizi akut, penanganan gizi buruk harus dilakukan sedini mungkin oleh tenaga kesehatan. Penanganan ini umumnya meliputi pemulihan asupan nutrisi yang adekuat, pengobatan infeksi penyerta, serta pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala. Semakin cepat gizi buruk ditangani, semakin besar peluang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa komplikasi jangka panjang.
Gizi Buruk
Gizi buruk dan stunting merupakan kondisi yang sama-sama disebabkan oleh kurangnya asupan gizi. Namun, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Gizi buruk merupakan kondisi kekurangan gizi akut yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini dapat dilihat dari berat badan rendah, tubuh anak tampak kurus dan lemah, serta dapat juga terjadi pembengkakan di area kaki atau perut. Kondisi ini memerlukan penanganan segera karena dapat menyebabkan infeksi dan komplikasi berat, bahkan kematian.
Stunting
Berbeda dengan gizi buruk, stunting adalah kondisi kekurangan gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, biasanya terjadi sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun. Kondisi ini dapat dilihat dari tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar usianya dan juga mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif dan kemampuan belajar. Selain itu, anak yang mengalami stunting juga tidak selalu tampak kurus seperti gejala pada anak dengan gizi buruk.

Ciri-ciri Gizi Buruk dan Ciri Anak Kurang Gizi
Ciri anak kurang gizi dapat dikenali dari perubahan kondisi fisik, perilaku, serta hasil pengukuran pertumbuhan anak. Pengenalan tanda-tanda ini sejak dini sangat penting agar anak dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat.
- Secara fisik, anak tampak kurus, pipi terlihat cekung, tampak penonjolan tulang di area lengan, dada, dan kaki. Kondisi kulit anak juga akan tampak bersisik, rambut tipis, kusam, dan mudah rontok. Pada beberapa kondisi, gizi buruk juga ditandai dengan adanya pembengkakan di area kaki, wajah, dan tangan.
- Pada pemeriksaan antropometri, berat badan, tinggi badan dan juga indeks massa tubuh anak akan tampak berada di bawah garis -3 SD pada grafik pertumbuhan.
- Dari aspek perilaku, anak akan tampak lemas, cepat lelah, sering rewel, nafsu makan menurun, kurang aktif, dan kurang responsif dengan lingkungan sekitar.
- Mudah terserang penyakit, seperti batuk, pilek, demam, diare, dan infeksi kulit.

Dampak Gizi Buruk
Menurut World Health Organization, penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi adalah kondisi serius yang dapat memengaruhi hampir seluruh sistem tubuh anak, mulai dari sistem imun, pertumbuhan fisik, hingga perkembangan kognitif. Berikut adalah beberapa dampak yang terjadi akibat dari gizi buruk:
- Meningkatkan risiko kematian pada anak
- Melemahnya sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terinfeksi penyakit kronis, seperti pneumonia, diare, hingga campak.
- Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak
- Terganggunya perkembangan otak sehingga anak berisiko mengalami gangguan kognitif dan kesulitan dalam proses belajar
- Anak cenderung tumbuh dengan kapasitas fisik dan intelektual yang rendah, sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya di masa depan.

Pencegahan Gizi Buruk
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, diantaranya yaitu:
- Menyediakan makanan bergizi sesuai dengan kebutuhan usia anak
- Membiasakan pola makan teratur dan porsi makan yang sesuai
- Menjaga kebersihan makanan, minuman, serta peralatan makan.
- Menciptakan lingkungan makan yang nyaman dan positif, serta membiasakan diri dan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
- Membawa anak setiap bulan ke fasilitas kesehatan terdekat, seperti posyandu, puskesmas, atau MHDC Clinic untuk melakukan skrining tumbuh kembang anak, mendapatkan imunisasi sesuai dengan usianya, dan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan terutama apabila terdapat keluhan seperti anak sulit makan atau mengalami penurunan berat badan.
artikel ditinjau oleh: drg. Rizky Aditiya Irwandi, MSc., Ph.D







