Banyak yang beranggapan bahwa cabut gigi adalah solusi dari sakit gigi yang terus berulang, apakah Parents salah satunya? Padahal, terdapat beberapa kondisi tertentu yang tidak memperbolehkan gigi dicabut lho! Yuk kenali diagnosa cabut gigi dan kondisi tidak boleh cabut gigi di bawah ini.
Ekstraksi Gigi
Parents pernah mendengar istilah ekstraksi gigi? Ekstraksi gigi adalah nama lain dari cabut gigi. Yakni sebuah tindakan untuk mengangkat atau mencabut gigi yang memiliki gangguan menggunakan alat bantu seperti tang, elevator, maupun alat bantu lainnya. Prosedur ekstraksi gigi ini dapat dilakukan pada satu gigi atau lebih. Pastinya, proses ini harus dilakukan di Dokter Gigi terpercaya ya, Parents!
Mengapa harus ke dokter gigi? Karena proses cabut gigi seharusnya menjadi tindakan terakhir yang dipilih ketika masalah gigi sudah tidak bisa ditangani dengan cara lainnya. Selain mengurangi fungsi gigi dan estetika, tindakan ekstraksi gigi yang salah dapat menyebabkan efek samping lain bagi tubuh. Mulai dari timbulnya infeksi hingga masalah jangka panjang seperti kerusakan tulang rahang.
Baca juga: Ciri-Ciri Infeksi Setelah Cabut Gigi.
Diagnosa Cabut Gigi
Lalu, permasalahan gigi apa saja yang mengharuskan proses cabut gigi? Terdapat beberapa diagnosa cabut gigi yang harus diperhatikan, seperti halnya:
-
Karies Gigi
Parents memiliki gigi berlubang? Gangguan tersebut dikenal juga dengan karies gigi. Karies gigi merupakan salah satu diagnosa yang lumrah untuk dilakukan lho. Sebenarnya, apakah gigi berlubang harus dicabut? Boleh saja dilakukan, namun hanya ketika karies sudah parah sehingga tidak dapat dilakukan restorasi dan sangat mengganggu kinerja gigi saja ya.
-
Periodontal Gusi Parah
Selain karies, periodontal atau periodontitis merupakan salah satu diagnosa cabut gigi yang kerap kali dilakukan di negara berkembang. Periodontitis merupakan penyakit gusi yang terjadi ketika gusi dan sekitar gigi mengalami peradangan dan sakit luar biasa. Sehingga banyak jaringan pada gigi yang terasa nyeri dan mengakibatkan gigi bergoyang. Parents pernah mengalami hal ini?
-
Keperluan Perawatan Ortodontik
Ketika Parents hendak melakukan tindakan perawatan ortodontik seperti menggunakan behel atau perapi gigi, tak jarang dokter menyarankan untuk melakukan tindakan ekstraksi gigi. Biasanya dokter akan melakukan cabut gigi pada gigi yang malposisi dan tidak dapat direposisi.
Kondisi Tidak Boleh Cabut Gigi
Setelah mengenal diagnosa yang lumrah dilakukan cabut gigi, yuk kenali juga kondisi tidak boleh cabut gigi agar Parents tidak salah langkah!
-
Gigi Sedang Terasa Nyeri
Ketika gigi sedang sakit-sakitnya, banyak orang berpikiran untuk segera mencabutnya agar masalah gigi selesai seketika. Namun ternyata hal itu salah lho, Parents! Ketika gigi sedang terasa nyeri, proses cabut gigi sangat tidak dianjurkan.
Ketika gigi sedang sakit, tandanya tengah ada infeksi dari bakteri yang mengakibatkan peradangan. Apabila gigi tersebut dicabut, sangat dikhawatirkan peradangan akan menyebar dan menyebabkan komplikasi pada sekitar gigi tersebut. Sebaiknya proses pencabutan gigi dilakukan ketika nyeri sudah berangsur pulih.
-
Memiliki Riwayat Penyakit Tertentu
Proses ekstraksi gigi merupakan salah satu tindakan krusial karena jaringan pada gusi dan mulut dapat mempengaruhi berbagai jaringan lain pada tubuh. Seperti halnya pada pasien dengan penyakit tertentu seperti darah tinggi hingga diabetes yang memerlukan diskusi lebih lanjut dengan dokter spesialis dalam.
Ketika tensi darah tengah tinggi, tindakan cabut gigi sangat tidak boleh dilakukan karena dapat mengakibatkan pendarahan jangka panjang. Pada pasien diabetes, dikhawatirkan terdapat efek samping seperti luka yang akan sulit menutup. Pastikan selalu jujur dengan riwayat penyakit sebelumnya saat tengah melakukan konsultasi dengan dokter gigi ya, Parents!
-
Tengah dalam Kondisi Hamil
Saat Parents dalam kondisi hamil, terdapat beberapa tindakan yang sebaiknya tidak dilakukan. Salah satunya adalah tindakan cabut gigi. Perlu adanya pertimbangan dari dokter gigi dan dokter kandungan untuk melakukan tindakan ini. Adanya perubahan hormon yang terjadi dapat berakibat kepada pertumbuhan janin lho, Parents!
Tak hanya itu, terdapat pula faktor risiko infeksi dan pendarahan jangka panjang ketika mencabut gigi saat hamil. Jikalau sangat harus dilakukan, biasanya dokter akan menyarankan proses cabut gigi pada trimester kedua yang dianggap paling aman.
Sekarang Parents sudah tahu kan kondisi apa saja yang sebaiknya tidak dilakukan tindakan cabut gigi. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter gigi terpercaya ketika memiliki keluhan pada gigi. Jangan sampai Parents melakukan tindakan cabut gigi di tempat yang tidak terpercaya, karena akan menambah masalah jangka panjang lainnya!