Menurut WHO, kesehatan rongga mulut adalah “kondisi bebas dari nyeri mulut dan wajah kronis, kanker mulut dan tenggorokan, infeksi mulut, penyakit periodontal (gusi), gigi berlubang, kehilangan gigi, serta penyakit dan kelainan lainnya yang membatasi kemampuan seseorang untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara, atau menganggu psikososialnya.” Jadi, kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kunci/indikator dari kesehatan secara holistik dan kualitas hidup kita.
Masalah Gigi dan Mulut yang Sering Terjadi di Indonesia
Menurut Riskesdas Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, proporsi masalah gigi dan mulut penduduk Indonesia adalah 57.6% dan hanya 10.2% yang mendapat penanganan. Dari banyak masalah gigi dan mulut, kasus-kasus yang banyak ditemui oleh dokter gigi adalah karies, sisa akar, gingivitis, gigi goyang, gigi berjejal, dan impaksi gigi bungsu. Sebagai gambaran, di Puskesmas Rawabuntu Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan kasus pasien poli gigi Juli-Agustus 2017 terbanyak secara berurutan ialah: 1)Kelainan pulpa dan periapikal, 2)Karies gigi, 3)Penyakit gusi dan periodontal, 4)Kelainan dentofasial termasuk maloklusi, 5)Penyakit gigi mulut lainnya.
Masalah Gigi Karies
Sumber gambar : https://www.healthhub.sg/a-z/diseases-and-conditions/99/topics_tooth_decay
Karies atau masalah gigi berlubang terjadi saat lapisan bakteri (dental plak) pada permukaan gigi mengubah gula menjadi asam yang melarutkan/merusak gigi. Konsumsi gula/karbohidrat yang tinggi secara terus-menerus, kurangnya fluoride, dan pembersihan plak bakteri yang tidak rutin, membuat struktur gigi rusak sehingga timbul gigi berlubang, rasa nyeri, serta bau mulut. Selanjutnya, hal ini akan menurunkan kualitas hidup karena kesulitan makan, bicara, hilang rasa percaya diri, hingga terganggunya aktivitas.
Bentuk klinis dari masalah gigi karies ini bermacam-macam sekali, mulai dari masalah gigi lubang kecil dangkal, kecil namun dalam, luas dangkal, luas dan dalam, yang permukaannya halus hingga yang permukaannya kasar, yang berwarna putih kapur, kekuningan, hingga coklat kehitaman, yang tidak terasa apa-apa, terasa ngilu saat minum dingin atau makan manis, hingga yang terasa sakit spontan dan terus-menerus. Ada yang terlihat lubang kecil dari permukaan luar namun lubangnya sudah besar di dalam. Ada pula yang lubangya luas bahkan sampai mahkotanya sudah habis dan tinggal sisa akar, namun tidak terasa sakit.
Semua kondisi di atas memerlukan perawatan tergantung kasus masing-masing. Perawatan dapat berupa penambalan, perawatan saluran akar, atau pencabutan. Untuk masalah gigi yang memerlukan pencabutan walaupun tidak ada nyeri namun tetap harus dilakukan tindakan, ya. Jangan lupa setelah gigi tersebut dicabut, harus diganti dengan gigi tiruan agar fungsi gigi tersebut ada yang menggantikan. Ketahui cara penanganan gigi karies.
Masalah Gigi Ginggivitis
Sumber gambar: https://www.devonstreetdental.com/what-is-gingivitis/
Gingivitis artinya adalah masalah radang gusi. Radang gusi ini sering ditemukan pada penduduk Indonesia, biasanya juga ditemukan pada pasien yang datang ke klinik gigi namun pasien tersebut tidak mengeluhkan dan tidak menyadari adanya radang pada gusi mereka. Biasanya terdapat gejala dan tanda-tanda seperti gusi bengkak, kemerahan, mudah berdarah, mungkin ada rasa nyeri namun jarang, dan bau mulut. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh kebersihan mulut yang kurang baik. Bakteri pada dental plak dan karang gigi, yang melekat pada gigi dan gusi akan menyebabkan gusi meradang. Faktor lain yang dapat berpengaruh yaitu merokok, usia tua, penyakit diabetes, stress, kekurangan nutrisi seperti vitamin C, pengaruh hormon misalnya pada masa pubertas atau kehamilan, serta kondisi medis atau obat-obatan tertentu. Gingivitis dapat ditangani dengan pembersihan plak dan karang gigi (scaling) oleh dokter gigi, serta harus diikuti dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut di rumah dengan sikat gigi 2 kali sehari dengan cara yang tepat. Setelah itu gusi akan segera sembuh seperti keadaan normal. Gingivitis ini merupakan tahap awal dari penyakit periodontal.
Gigi Goyang
Penyakit periodontal itu sendiri adalah penyakit peradangan yang menyerang jaringan yang mengelilingi dan menyangga gigi, termasuk gusi dan tulang di sekitar gigi. Seperti sudah disebutkan gingivitis merupakan tahap awal dari penyakit periodontal, apabila tidak ditangai maka akan berlanjut ke tahap yang lebih parah yang disebut dengan periodontitis. Pada kasus masalah gigi periodontitis terjadi kehilangan perlekatan gusi yang mengelilingi gigi, kemudian tulang penyangga gigi juga semakin berkurang, lama-kelamaan apabila tidak ditangani masalah gigi akan menjadi goyang. Apabila gigi goyang sudah semakin parah, maka gigi tersebut perlu dicabut. Pencabutan gigi merupakan pilihan perawatan yang dilakukan pada pasien periodontitis tingkat akhir (severe periodontitis).
GIGI BERJEJAL
Masalah gigi berjejal atau bertumpuk adalah salah satu bentuk dari oklusi yang tidak ideal. Oklusi adalah istilah untuk menggambarkan susunan gigi, di mana idealnya tersusun rapih dan apabila gigi geligi atas dan gigi geligi bawah bertemu (posisi menggigit) akan “pas” satu sama lain. Oklusi yang tidak ideal (maloklusi) ini ada bermacam-macam bentuknya, salah satunya gigi berjejal atau crowding teeth.
Gigi berjejal ini sering sekali ditemui dan biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antara panjang lengkung rahang dan ukuran gigi geligi. Sebagai contoh: ruangan pada lengkung rahang sempit sedangkan ukuran gigi besar-besar, sehingga gigi menjadi miring, berjejal/bertumpuk satu sama lain, dan tidak rapih susunannya. Hal ini biasanya karena faktor keturunan, namun bisa juga karena kurangnya stimulasi perkembangan rahang, gigi susu yang tanggal atau dicabut sebelum waktunya, dan persistensi gigi susu. Persistensi gigi susu adalah kondisi saat gigi susu belum tanggal namun gigi permanen penggantinya sudah tumbuh.
Gigi berjejal ini akan menyulitkan pembersihan gigi sehingga rawan terjadi gingivitis dan gigi berlubang karena sisa makanan dan plak menumpuk pada area gigi berjejal yang sulit terjangkau oleh sikat gigi. Pada kasus ini sangat diperlukan penggunaan benang gigi (dental floss).
Agar fungsi pengunyahan, estetika, dan pembersihan gigi bisa lebih optimal, kasus gigi berjejal ini memerlukan perawatan orthodonti. Dapatkan perawatan orthodonti terbaik disini
SISA AKAR
Pernahkah Anda merasakan masalah gigi berlubang yang dulu pernah nyeri sekali namun sekarang sudah tidak ada nyeri lagi dan mahkota giginya sudah keropos, hanya tersisa akar gigi yang permukaannya rata dengan gusi? Atau bahkan Anda sudah lupa, dulu gigi tersebut pernah nyeri atau tidak ya? Syaraf pada gigi yang seperti ini biasanya sudah mati atau nekrosis, sehingga sudah tidak ada rasa nyeri yang biasanya terjadi apabila gigi kita yang berlubang sedang mengalami radang. Tapi jangan lega dulu dan menyepelekan gigi nekrosis ini, ya.
Mengingat “sisa akar” ini berawal dari masalah gigi berlubang yang merupakan penyakit infeksi, maka infeksi tersebut tidak hilang begitu saja saat gigi nekrosis. Bakteri beserta jaringan gigi yang sudah mati ini dapat berkumpul dan infeksinya “berjalan” hingga ke bawah akar gigi dan membentuk dental abses. Dental abses adalah akumulasi atau kumpulan pus (nanah) pada tulang di sekitar gigi yaitu pada ujung akar gigi. Salah satu penyebab utama dental abses adalah masalah gigi karies/gigi berlubang.
Tanda dan gejala dental abses yaitu nyeri saat ditekan, bengkak, dan kemerahan di sekitar gigi yang berlubang. Terkadang bisa disertai demam. Selain itu, pus/nanah dapat menyebar ke jaringan di dekatnya lalu menyebabkan komplikasi. Sebagai contoh: 1) Sisa akar gigi taring atas dapat menimbulkan bengkak pada gusi dan pada pipi atas hingga ke area bawah mata, 2) Sisa akar gigi geraham bawah dapat menimbulkan bengkak pada gusi dan area bawah rahang hingga ke area leher dan dada. Penyebaran infeksi ini bergantung pada kekuatan bakteri dan pertahanan tubuh setiap orang, sehingga kasusnya bisa berbeda-beda. Pada beberapa kasus, dental abses dapat menyebabkan kematian apabila pus sudah memenuhi rongga leher bagian dalam dan rongga dada (disebut mediastinitis) sehingga terjadi komplikasi seperti hambatan jalur nafas, sepsis, atau kegagalan multiorgan.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa penanganan yang lebih awal akan selalu lebih baik. Rutinlah periksa ke dokter gigi walau tidak ada keluhan apapun saat ini. Untuk kasus gigi berlubang yang tinggal menyisakan “sisa akar” perlu segera dilakukan pencabutan agar infeksi tidak semakin menyebar dan menimbulkan komplikasi lainnya.
IMPAKSI GIGI BUNGSU
Gigi impaksi adalah gigi yang terbenam sebagian atau seluruhnya pada gusi/tulang sehingga gagal tumbuh/muncul ke lengkung rahang. Gigi impaksi dapat disebabkan oleh gigi sebelahnya, tulang di atasnya yang padat, jaringan lunak yang berlebihan, atau kelainan genetik yang menghambat tumbuhnya gigi. Sebagian besar kasus disebabkan oleh kurangnya panjang lengkung rahang (rahang sempit) sehingga tidak ada ruang untuk gigi tersebut. Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi bungsu rahang bawah, kemudian dilanjutkan oleh gigi bungsu rahang atas dan gigi taring atas.
Gigi bungsu adalah gigi geraham ketiga yang terletak paling belakang di rongga mulut. Gigi ini adalah gigi yang paling terakhir berkembang sehingga saat waktunya tumbuh ke lengkung rahang, seringnya sudah tidak ada ruangan yang cukup. Gigi ini akan tertutupi sebagian atau seluruhnya dengan gusi. Posisinya pun bisa vertikal, diagonal (miring setengah), dan horizontal (miring seperti posisi tidur). Gigi bungsu ini seharusnya mulai tumbuh sekitar usia 17-20 tahun.
Impaksi gigi bungsu. Sumber: https://www.baoms.org.uk/patients/procedures/23/removal_of_impacted_wisdom_teeth
Masalah gigi bungsu bisa tumbuh sempurna, bisa juga tidak (impaksi). Jika terjadi impaksi, Anda biasanya akan merasakan gejala seperti nyeri, bengkak, atau infeksi pada gusi yang menutupi gigi bungsu tersebut (perikoronitis). Gigi bungsu bisa juga berlubang karena sikat gigi biasanya sulit menjangkau area ini sehingga banyak sisa makanan yang terjebak di sini.
Perawatan untuk gigi bungsu yang impaksi adalah dengan pencabutan atau odontektomi. Saat terjadi gejala atau keluhan seperti seperti di atas, sebelum dilakukan odontektomi dokter gigi akan meresepkan obat untuk menghilangkan nyeri dan infeksi yang ada, lalu mengarahkan Anda untuk foto ronsen.
Artikel ini disusun oleh drg. Nadia Fadila dan drg. Laila Novpriati
REFERENSI:
- Oral health. WHO. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/oral-health)
- Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan RI.
- Laporan Akhir Kepaniteraan Klinik IKGM-P FKG UI. Kelompok Koas Puskesmas Rawabuntu. Oktober 2017.
- Takahashi N, Nyvad B. Caries ecology revisited: Microbial dynamics and the caries process. Caries Res 2008;42:409-418.
- Gum Disease Information. American Academy of Periodontology. (https://www.perio.org/consumer/gum-disease.htm)
- Malocclusion of the teeth. Written by Kim S, Burke D, Cherney K. (https://www.healthline.com/health/malocclusion-of-teeth#features)
- Different types of malocclusions. (https://www.totalorthodontics.co.uk/different-types-of-malocclusions/)
- Malocclusion of teeth. (https://medlineplus.gov/ency/article/001058.htm)
- Shweta, S Krishna Prakash. Dental abscess: A microbiological review. Dent Res J. 2013;10(5):585-591.
- Removal of impacted wisdom tooth. British Association of Oral and Maxillofacial Surgeon. (https://www.baoms.org.uk/patients/procedures/23/removal_of_impacted_wisdom_teeth)