Sebagian besar dari kita merasa bahwa sakit gigi identik dengan gigi berlubang saja. Padahal, sakit gigi juga bisa muncul karena masalah lain di area sekitar gigi, misalnya di gusi dan tulang pendukung di bawahnya. Gigi menjadi stabil pada posisinya di dalam mulut karena didukung tulang rahang, yang di atasnya ditutupi oleh gusi dan “sendi gigi” sebagai penghubung gigi dengan tulang rahang atau biasa disebut ligamen periodontal.
Sakit Gigi Akibat Penyakit Gusi
Ketika kuman rongga mulut menempel di permukaan gigi dan menumpuk akibat tidak dibersihkan dengan baik dan benar, hal ini memicu respon imun tubuh di gusi. Gejalanya ditandai dengan peradangan terbatas di gusi saja (gingivitis). Jika diabaikan, maka peradangan meluas ke ligamen periodontal dan tulang rahang. Pada keadaan inilah, penyakit gusi (periodontitis) muncul.

Penyakit gusi memicu sakit gigi. Awalnya, muncul rasa ngilu pada gigi dan gatal pada gusi akibat hilangnya perlekatan antara gigi dengan gusi. Rasa ngilu muncul akibat area sensitif pada gigi, yang seharusnya tertutup gusi, menjadi terekspos. Sedangkan, gusi yang terasa gatal dan tidak nyaman berasal dari peradangan gusi terus menerus. Kerusakan lebih lanjut setelahnya akibat penyakit gusi yang parah, ditandai dengan nyeri berdenyut akibat gusi bengkak serta gigi yang goyang. Gigi menjadi sakit ketika dipakai mengunyah. Pada situasi ini, terkadang penderitanya tidak menemukan lubang pada gigi yang terasa sakit ini.
Sakit Gigi: Pemicu Serangan Jantung dan Stroke
Kondisi penyakit gusi yang parah tidak selalu memicu rasa nyeri dan gusi bengkak. Sehingga penderitanya tidak sadar adanya penyakit ini di dalam mulutnya. Bahayanya, penelitian selama 30 tahun terakhir sudah membuktikan hubungan penyakit gusi ini dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Sebagai contoh, penderita penyakit gusi memiliki resiko terkena serangan jantung lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan gusi sehat. Selain itu, resiko stroke meningkat dua kali lipat pada penderita penyakit gusi. Bahkan, penderita penyakit jantung dan pembuluh darah yang memiliki penyakit gusi juga berisiko hampir 3 kali lipat mengalami serangan stroke atau serangan jantung kembali setelah serangan pertama. Hubungan yang disebutkan di atas dilakukan setelah penyesuaian faktor lain yang memperberat penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penyakit penyerta lain (diabetes), kebiasaan buruk merokok, latar belakang pendidikan, dan pernikahan.
Dari Mulut Turun ke Jantung
Pada gusi sehat, respon imun tubuh di gusi terkendali dengan baik – tidak berlebihan dan terjadi terus menerus. Sedangkan, terjadi ekspos pembuluh darah pada gusi tak terkendali pada penyakit gusi. Keadaan ini memicu masuknya kuman rongga mulut yang menumpuk pada gigi dan material jahat yang dihasilkannya (toksin), serta material peradangan – akibat peradangan gusi, ligamen periodontal dan tulang rahang – ke dalam sirkulasi darah melalui pembuluh darah di gusi ini.

Bocornya tiga komponen tersebut direspon oleh organ hati (liver) dengan melepaskan senyawa aktif yang meningkatkan peradangan tubuh secara menyeluruh (inflamasi sistemik). Pada keadaan ini, tidak selalu memunculkan gejala pada penderitanya. Akan tetapi, beberapa penelitian membuktikan adanya peningkatan beberapa parameter inflamasi sistemik tersebut. Inflamasi sistemik yang meningkat inilah yang memicu terjadinya dan/atau memperparah penyakit jantung dan pembuluh darah.
Cara Mencegah Sakit Gigi ke Serangan Jantung
Jangan remehkan sakit gigi yang dialami. Rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk periksa kondisi gigi dan mulut agar terdeteksi sedini mungkin jika ada penyakit yang harus diobati. Selain itu, dilakukan scaling gigi yang merupakan cara terbaik untuk menjaga kesehatan mulut dan tubuh. MHDC Clinic dan Medikids by MHDC Group memberikan layanan terlengkap untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kunjungi cabang terdekatnya sekarang dan diskusikan dengan tim dokter di klinik!
ditulis oleh: drg. Rizky Aditiya Irwandi, M.Sc